Aku Mencari tatapan matamu yg sekilas lewat. Aku mencari senyummu yang baru saja menghilang. Aku merindu gelagat gembiramu saat bertanya tentang puisiku. Kau tersentuh, Kau tersenyum, dan kemudian pergi menghilang entah ke sudut bumi mana. Menghapuskan jejak, Meninggalkan sejuta tanya yang tak mungkin terjawab. Lalu tiba-tiba kau datang dihadapanku dengan wajah manis berbinar, cantik jelita, bercahaya redup bak rembulan. Menatap teduh ke arahku. Belum sempat aku bertanya "Kau Siapa?" Tiba-tiba kita terpisah oleh kabut halus yg mengaburkan pandangan. setiap suara terdengar sayup-sayup, lalu senyap. Kita berpisah lagi.. h'm... Sungguh Andai kau boleh di kirimi surat Aku akan berkabar menanyakan perihal dirimu. Kapan kita bertemu lagi?
Photo by Mor Shani on Unsplash Cerahnya semburat cahaya mentari pagi ini seperti cerahnya hatiku untuk kembali melukiskan hadirmu dalam catatan kecilku. Dan cerita cintaku kepadamu kulanjutkan lagi. Cinta... kau itu sungguh tidak benar-benar hilang. Ada saja alasan untuk mengingat pesona senyum manismu saat pertama kita bertemu. Awalnya ku kira kau adalah wanita biasa. Namun, setelah dikenal, kau adalah bidadari yang seakan tak memiliki celah sedikitpun. Dimana kau hadir, dan siapapun yang bertemu denganmu, pasti akan merasakan pancaran pesona indah dari jiwamu yang suci itu. Aku tidak habis pikir, mengapa kau tidak mencintai? (pernyataan yang waktu itu pernah kau katakan padaku) atau mungkin aku saja yang buta mengenai kapan, siapa, dan dimana kau mencintai. Saat ini aku merenung, mungkinkah aku ini akan disambut oleh orang yang sepertimu, cinta? Cinta... andai kau membaca tulisan ini, mungkinkah kau akan mengatakan “iya”? Tapi, nyatanya, saat dirim