TUHAN TAHU AKU MENCINTAIMU
Engkau bukanlah hujan
menjadi mata air hujan di mataku
keberadaanmulah yang menjadi alasan
mengapa awan mendung muncul pagi ini, dan
memaksaku menumpahkan hujan
untuk kesekian kalinya, dari
kelopak yang sudah dengan susah payah kukeringkan.
Aku hanya tidak menyangka saja
bahwa aku yang telah berpaling
dari kecupmu yang membara dalam kata-kata
tetap mengimani cintaku.
Maka aku mohon kepadamu,
berbelas kasihlah kepada sepasang mata
yang mungkin sedang menatap puisi ini.
melalu segala yang ada, bahwa
Tuhanpun tahu cintaku tidak musnah oleh waktu
hingga maut menjemputku dan
akan ku tunggu kau di lain waktu
MUARA CANDA
Inginku bergelut dengan candanya
Tawanya menyelinap disela-sela telinga
Hangat dirasa ketika bersama
Merekahkan senyum selebar jalan
Suasana hangat terasa disekujur tubuhku
Mati, mati jika ia pergi
Dengan tubuh mungil yang biasa mendekapku
Kehangatan yang hilang
Jika ia tak melebarkan senyum
Teruslah disampingku
Mendekapku dengan senyuman manismu
AKU INGIN ENGKAU TERSENYUM KEMBALI
<Msa>
Engkau datang menjemputku
Dan aku berlari bergegas menemuimu
Lalu kita pergi ke suatu tempat hiburan
Dan engkau mengeluapkan segala perasaan dengan nyanyian
Alunan musikpun begitu keras terdengar
Sampai sampai diri ini tak berhenti mendengar
Tak ingin ku menghentika alunan musik itu
Karena ku tak ingin berhenti mendengar alunan merdu suaramu
Aku ingin engkau tersenyum kembali
Disaat kau dan aku berjumpa pertama kali
Aku ingin selalu disampingmu
Biar engkau tahu akulah pengobat segala laramu
Wahai kasih janganlah kau bersedih
Karena setiap tetesan air matamu
Adalah rintihan kalbuku
KENANGANMU
Dini hari semakin dekat
Petang masih lekat
Legam rindu masih kugenggam
Kenangan tentangmu di kepala berkelebat
Makin beragam
Dirimu yang terbayang tak kunjung hilang
Membunuh bersama bayang-bayang yang tak pernah lekang
Tak jua hadir dalam untai-untai angin malam
Yang tak kunjung hadir dalam kenyataan
Aku masih mencoba meramu malam
Tanpa meracaukan kamu, sayang
Rindu tahu jalan kan?
Pulanglah kepadaku
Aku akan menyambutmu dengan seluruh ragaku.
HATI YANG RETAK
Yang kuterima duka menengadah
Kelopak sayunya nanar terpana
Petang diikat malang di perbatasannya
Topan liar santap hingar
Sejak pagi ditemuinya
Dalam hati gersang terbangun karang
Membantu tandingi dera ombak tak terhingga
Namun rapuh ia telan patah segala
Buah hati taman cinta
Jadi ular berbisa mematuk dalam petang luka
Wahai Tuhan semesta alam
Aku orang kalah
Berilah pelampung
Tambal lah hati retak
Kumpulkan barangku
Yang terpisah dan terselimuti
Kelopak sayunya memancar bening kemala
Lalu ia bernyanyi…
Kereta biru beku, sambutlah aku
Dalam ketiadaan atas ketidakberdayaan
Langkahmu menggapai gelap tak kenal batas
AKU, KAU, DAN CINTAKU PADAMU
< Legiman Partowiryo>
aku tidak tahu pasti
kapan cinta itu hadir,
seperti setiap orang yang bertanya;
kapan detik pertama kehidupan dimulai?
aku hanya tahu satu hal yang pasti
bahwa aku semestinya mampu
membangun bahtera dan mempercayakan
satu dayung padamu,
dan akan kita laju
tiap detik waktu
yang akan kita lukis
dengan warna rindu.
Comments
Post a Comment